Rohil – Langkah – langkah memperkuat nelayan di wilayah perbatasan perlu dilakukan menyikapi adanya kejadian sebnayak 10 nelayan asal kabupaten Rohil yang ditahan oleh otoritas Malaysia.
Penegasan itu diungkapkan direktur lembaga The Rokan Institute, Adharsam SE.
“Pertama, perlu ada perubahan cara pandang terhadap nelayan, bahwa nelayan tidak hanya dipandang sebagai sebagai pelaku ekonomi dalam sektor perikanan, tetapi juga perlu ditempatkan sebagai bagian pilar sabuk keamanan nasional (nasional security belt),” tukas Adharsam.
Dalam konteks pertahanan secara ekstrinsik, nelayan dapat mendukung pertahanan militer dengan berkordinasi dengan aparat sehingga penting mendidik mereka untuk memperkuat nasionalisme, memahami isu-isu pertahanan, dan secara teknis mampu mengunakan alat-alat komunikasi dilaut.
Dengan demikian, diperlukan wadah asosiasi nelayan di wilayah perbatasan untuk mendukung hal tersebut.
“Kedua, perlu langkah pemberdayaan secara ekonomi untuk menopang peran geopolitiknya. Desain program modernisasi alat tangkap perlu disertai dengan aspek lain, seperti kesiapan modal, keterampilan memahami mesin dan alat tangkap, adaptasi armada dan alat tangkap baru, manajemen usaha, mental nelayan, serta sistem pasar harus diperhatikan,” terang Adharsam.
Ketiga, perlu pembenahan infrastruktur di wilayah perbatasan. Hal ini diperlukan untuk menunjang pemberdayaan nelayan , termasuk mendukung pengembangan potensi wisata bahari di wilayah pulau-pulau terluar.
Ditegaskan Adharsam, nelayan di wilayah perbatasan memiliki peran geopolitik yang sangat penting dalam menjaga pertahanan negara. Setiap hari masyarakat, khususnya nelayan tangkap yang beraktivitas di laut, selain berupaya menjaga kelestarian laut, juga berperan dalam menjaga kedaulatan wilayah laut.
“Jika di wilayah perbatasan ramai akan aktivitas nelayan, kesempatan bagi nelayan asing untuk memasuki wilayah NKRI semakin kecil. Kita meminta para pihak untuk memperkuat posisi nelayan di wilayah perbatasan,” pungkasnya. (rls)
